Tuesday, 25 September 2018

Makanan Memek Khas Simeulue yang Melegenda

Memek, kuliner khas Simeulue. (Dok. Kanalaceh.com)
Sinabang - Setiap daerah memiliki makanan khas sendiri, begitu juga dengan Kabupaten Simeulue, Aceh, yang kaya akan budaya dan wisata kuliner. Salah satu makanan khasnya (maaf) bernama memek.

Ketika mendengar kata memek, mungkin yang terbayang dibenak ialah konotasi negatif. Namun memek yang dimaksud ialah makanan khas di pulau paling barat Indonesia ini.

Makanan tradisional Simeulue ini terbuat dari beras ketan putih yang digongseng, pisang, santan dan gula. Lalu di campur dan di tumbuk menggunakan batang pisang atau bahan yang keras agar bahan bakunya halus.

Ketika kanalaceh.com mencicipi makanan ini, rasanya manis. Aroma pisangnya terasa. Makanan Memek ini persis seperti bubur, yang membedakannya ialah perpaduannya dengan beras ketan yang digongseng, membuat makanan ini seperti ada kriuk-kriuknya.

Makanan ini biasanya disajikan ketika acara buka puasa bersama, acara lebaran, dan acara pesta. Makanan memek merupakan makanan peninggalan raja yang sudah ada sejak zaman dulu di Simeulue. Selain itu, juga menjadi hidangan kehormatan bagi para tamu yang berasal dari luar.

“Di Simeulue paling dicari itu makanan yang terbuat dari pisang, beras ketan yaitu memek, itu makanan tradisional disini yang masih tetap eksis, ” kata Wakil Bupati Simeulue, Afridawati di Pantai Matanurung, Simeulue, Aceh, pada Kamis (26/10).

Diakui Afridawati, makanan memek ini terbilang sulit untuk menemuinya di Simeulue. Sebab, makanan ini sudah jarang ada yang menjajakannya di warung atau toko milik warga. Kecuali, pengunjung memesannya terlebih dulu.

Namun, pihaknya sudah merancang agar makanan khas daerah penghasil lobster ini bisa ditemui dan selalu ada setiap saat. “Kita upayakan agar makanan ini siap saji, agar pengunjung tidak kesulitan untuk menemukannya, ” ujarnya.

Salah seorang Wisatawan, Putri Natasya, setelah mencicipi makanan memek, mengaku kuliner ini mampu memanjakan lidah pengunjung. “Meskipun namanya agak aneh ya, tapi rasanya enak, manis, dan tidak eneg dimulut, “ujarnya.

Dari informasi yang diperoleh kanalaceh.com mengenai harga per porsi, memek ini sempat ada yang menjual seporsinya Rp 10 ribu.[] Sumber: Kanalaceh.com

Monday, 24 September 2018

Peserta Spesial Camping 100 Tenda Nikmati Pesona Lut Tawar

Dok. Disbudpar Aceh

Takengon - Spesial Camping 100 Tenda yang berlokasi di Desa Ujung Nunang, Kecamatan Lut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah, Sabtu (22/9/2018), memang spesial, selain jumlah peserta yang melebihi target, pesona view Danau Lut Tawar atau yang lebih dikenal dengan sebutan Danau Laut Tawar memiliki cerita tersendiri.

Even ini merupakan rangkaian dari Gayo Alas Festival Mountain Internasional 2018 (Gamifest) yang digelar di Aceh Tengah sejak 14 September lalu. Dan akan menyambangi 3 kabupaten lagi di dataran tinggi Gayo, seperti Bener Meriah, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara yang akan berakhir pada 24 November akan datang (info bisa dicek di kalender Gamifest 2018 yang ada di Web Disbudpar Aceh www.budpar.acehprov.go.id).

 "Kita tidak menduga kalau antusiasnya peserta yang ingin ikut Camping 100 Tenda. Dari 100 tenda yang kami sediakan, kini sudah 120 tenda. Mereka mendaftar melalui media sosial, ada yang dari Padang, Jakarta, Medan, Siantar, Langsa, Lhokseumawe, Subulussalam, Banda Aceh, hingga Kuala Lumpur-Malaysia," papar Kasie Pengembangan Segmen Pasar Disbudpar Aceh, Nurlaila Hamjah, S.Sos, MM di Takengon, Minggu pagi (22/9/2018).

Lanjutnya, lokasi tenda dipisah antara lelaki, perempuan, keluarga, dan Genpi (Generasi Pesona Indonesia). Selain itu juga di lokasi kegiatan yang dikelilingi Danau Laut Tawar disediakan dua unit Ambulance Coffeshop, toilet, tempat whuduk, dan Musalah. Para peserta juga kata Lela diminta, selain untuk menjaga kenyamanan, juga menjaga kebersihan dengan disediakannya plastik-plastik sampah. 

"Pagi ini peserta diajak berolahraga bersama dan kemudian melakukan penanaman pohon di Ujung Nunang," kata Lela.

Wisatawan dalam negeri ada juga beberapa wisatawan dari negara tetangga yaitu Malaysia.

Selain camping, peserta juga dapat dikenalkan dan menikmati menikmati musik tradisional, kesenian khas masyarakat Gayo Didong, dan juga tari Saman dari Gayo Lues, Aceh, yang sudah terkenal sampai ke mancanegara. Bukan hanya itu panitia juga menyiapkan beragam kegiatan lain, seperti teatrikal dan game-game menarik lainnya.

"Pak Kadisbudpar Aceh, Amiruddin, juga ikut mengikuti dan memantau semalam,  beberbagai rangkaian budaya dan kesenian, juga live musik digelar. Alhamdulillah peserta sangat tertib dan mengikuti aturan yang telah disepakati, mengikuti syariat Islam. Juga peserta keluarga kita lihat juga bisa menikmati even ini bersama anak-anak mereka, apalagi saat melepaskan lampion dan membakar api unggun," ujar Lela Lagi,

Ketua panitia camping 100 tenda, Ridwansyah menambahkan, acara ini sangat diminati oleh para peserta. Kali ini para peserta yang rela membawa tenda sendiri, agar bisa mengikuti Camping 100 Tenda. 

"Mereka para peserta sangat antusias mengikuti kegiatan Camping 100 Tenda ini, para peserta yang hadir bukan hanya muda mudi melainkan peserta yang membawa keluarga, selain itu para peserta yang ikut camping 100 tenda ini juga ada yang datang dari negara tetangga kita yaitu Malaysia, mereka disini (Gayo) sudah lima hari di Takengon dan melihat beragam objek wisata dan budaya masyarakat Gayo," kata ketua panitia Ridwan, Minggu malam (23/9/2018).

Dia menambahkan, dalam kegiatan ini Pemerintah Aceh melalui Disbudpar Aceh dan daerah sangat mendukung penuh acara tersebut, lantaran Camping 100 terus digemari para peserta, dan dia berharap kedepannya melalui pemerintah daerah dan provinsi terus mendukung kegiatan positif ini.

"Saya pribadi pemerintah terus mendukung dan menentukan tanggal acara ini untuk kegiatan tahunan bahkan kalau bisa 6 bulan sekali diadakan," demikian ujarnya.

Kegiatan ini dibuka oleh Plt Kadisbudpar Aceh, Drs. Amiruddin M.Si dan juga dihadiri Kadisparpora Aceh Tengah, Khairuddi  Yose, Kepala Bidang Pemasaran Disbudpar Aceh, Rahmadhani, M. Bus. Dalam pidato singkatnya, Amiruddin meminta kepada peserta Spesial Camping 100 Tenda agar ikut mempromosi dan eksplor ragam keindahan objek wisata di Aceh Tengah melalui media sosial.[] Rilis
Rangkaian Gamifest 2018

55 Club Ikut Lomba Dayung Perahu Tradisional

Dok. Disbudpar Aceh

Takengon - Sebanyak 55 club dari Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah mengikuti Lomba Dayung Perahu Tradisional di Krueng Peusangan, Kampung Boom, Kecamatan Lut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah, Sabtu (22/9/2018). 

Kegiatan ini merupakan rangkaian Gayo Alas Mountain International Festival (Gamifest) yang sudah dimulai sejak 14 September dan berakhir pada 24 November mendatang yang tersebar di 4 kabupaten, yaitu Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara (informasi lengkap bisa dilihat di Web Disbudpar Aceh www.disbudpar.acehprov.go.id).

Ketua Panitia Pelaksana Jaesan dalam sambutannya mengatakan, lomba yang terbagi dua kategori umum (18 tahun ke atas) dan Kategori Pelajar (14-17 tahun) memperebutkan hadiah dengan total Rp12 juta. Sedangkan panjang garis star hingga finis dengan sekali putaran sepanjang 500 meter. Kegiatan ini sendiri berlangsung hari ini dan Minggu besok (23/9/2018).

"Setiap rest akan dilepas empat club dengan perahu yang telah disediakan panitia dan juga tim SAR dari TNI maupun masyarakat ikut mengawasi keselamatan peserta yang juga kita wajibkan mengenakan baju pelampung," jelasnya.

Reje Kampung Boom, Azhar Tamat, sebagai tuan rumah lokasi kegiatan dalam pidato singkatnya mengucapkan terimakasih karena Disbudpar Aceh telah mempercayakan kampungnya sebagai tuan rumah pada rangkaian Gamifest 2018 Lomba Dayung Perahu Tradisional.

"Saya berharap, masyarakat kami terus dibina dan diberi wawasan tentang sadar wisata. Karena membangun satu kampung wisata tidak mudah tanpa dukungan warganya," ujar Azhar Tamat.
Dok. Disbudpar

Sementara itu, Plt Kadisbupar Aceh. Drs. Amiruddin M.Si yang diwakili Kepala Bidang Pemasaran, Rahmadhani, M.Bus, saat membuka kegiatan tersebut mengatakan, Gamifest  2018 melibatkan masyarakat lokal mempersiapkan segala kegiatan. Dan dia juga meminta masyarakat setempat untuk terus mendukung setiap kegiatan Gamifest, yang baru pertama kali diadakan ini.

"Gamifest 2018 dari, oleh, dan untuk rakyat. Ini salah satu cara kita membantu masyarakat sadar wisata. Kegiatan Gamifest ini dapat terlaksana salah satunya di Aceh Tengah, setelah mendapat dukungan dari pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi Aceh. Tujuannya, kita ingin dengan adanya Gamifest, wisatawan yang berkunjung ke dataran tinggi Gayo meningkat," kata Rahmadhani.

Pada star pertama Lomba Dayung Perahu Tradisional dilepas startnya oleh Plt Kadisbupar Aceh. Drs. Amiruddin M.Si yang didampingi Kepala Bidang Pemasaran, Rahmadhani, M. Bus, Pengembangan Segmen Pasar, Nurlaila Hamjah, S.Sos, MM, dan mewakili unsur Muspida Aceh Tengah, Pasie Ops Kodim 0106/Ateng, Usep Haeruddin.

Selain lomba perahu tradisional, pada akhir pekan ini juga terdapat sejumlah acara Gamifest lainnya di Aceh Tengah seperti Jetski exhibition, Spesial Camping 100 Tenda, Gathering Pesona Indonesia serta Babak Semifinal dan Final Pacuan Kuda Tradisional Gayo.[] Rilis

Agenda Gamifest 2018: Eksibisi Jet Ski Sangat Diminati Wisatawan

Dok. Disbudpar Aceh
Takengon - Eksibisi jet ski sangat digemari wisatawan lokal maupun pun luar daerah, lantaran baru kali ini olahraga air tersebut dilaksanakan di Danau Lut Tawar atau yang lebih dikenal dengan sebutan Danau Laut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh.  Selain itu warga yang menonton pun diperkenankan untuk mencoba olahraga jet ski ini gratis dengan yang didampingi ahlinya. Terlihat Wakil Bupati Aceh Tengah Firdaus SKM, dan  Kadisparpora, Khairuddin Yose, ikut mencobanya.

Eksibisi jet ski merupakan rangkaian agenda kegiatan Gayo Alas Mountain Internasional Festival 2018 (Gamifest), yang meliputi 4 Kabupaten dataran tinggi Gayo, yakni Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara yang akan berlangsung hingga 24 November 2018 akan datang, dengan berbagai rangkaian agenda wisata lainnya (lebih lanjut bisa dilihat di Web Disbudpar Aceh).

Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh, Drs. Amiruddin M.Si didampingi Kepala Bidang Pemasaran, Rahmadhani, M. Bus dan Kasi Analisa dan Pengembangan Segmen Pasar, Nurlaila Hamjah, S.Sos, MM, mengatakan, Danau Laut Tawar memiliki keindahan yang luar biasa yang bisa dikembangkan dengan sarana water sport seperti jet ski hari ini.  

"Semua tergantung masyarakatnya. Kami dalam hal ini pemerintah hanya sifatnya memfasilitasi dan sekaligus mendorong, agar industri pariwisata geliatnya dapat dihidupkan di Aceh Tengah ini. Karena pariwisata sekarang ini sangat menjanjikan, bisa menjadi  pendapatan asli daerah (PAD) yang selama ini bergantung dengan hasil perkebunan kopi, serta dapat meningkatkan perekonomian berbasis kerakyatan," ujarnya.

Ella Fitriani wisatawan yang berkunjung untuk melihat olahraga jet ski ini mengatakan, dirinya sangat terhibur dengan adanya kegiatan ini, lantaran baru kali ini jet ski dimainkan di danau.

"Saya dan anak saya sangat terhibur dengan kegiatan eksibisi jet ski ini, lantaran baru melihat olahraga air ini dimainkan di tepi danau lut tawar," ujarnya.

Dia berharap, Pemerintah Aceh Tengah khususnya agar bisa mengadakan alat jet ski ini di danau lot tawar, guna untuk menarik para wisatawan lokal dan luar daerah, khususnya wisatawan mancanegara.

"Semoga dengan adanya kegiatan Gamifest ini dan beragam kegiatan yang diadakan bisa lebih banyak lagi menarik hati wisatawan untuk berkunjung ke Dataran Tinggi Gayo, dan berharap kepada pemerintah daerah agar bisa memasukan anggaran untuk membeli jet ski untuk dijadikan olahraga air di sini," harap Ella kepada media ini.

Disisi lain ketua sekretariat panitia Gamifest 2018 Zulpan Diara Gayo menambahkan, pihaknya kedepannya dengan adanya aktraksi jet ski ini akan berupaya untuk mengadakan alat olahraga air ini dan akan dibahas lebih lanjut setelah kegiatan ini selesai.

"Kita juga akan berupaya mengadakan alat jet ski untuk olahraga air yang akan di tempatkan di danau lot tawar ini, agar daya tarik wisatawan di Gayo bisa terus bertambah," tandas Zulpan Diara Gayo.[] Rilis

Sunday, 2 September 2018

Para Peselancar Dunia Dipeusijuk Sebelum Turun Laut 

Para Peselancar Dunia Dipeusijuk Sebelum Turun Laut. (Doc. Istimewa)
Simeuelue - Para peselancar dunia dilakukan Peusijuk (tepung tawar) sebelum mereka turun ke laut untuk melakukan surfing. Peusijuk umumnya dilakukan masyarakat Aceh sebagai bentuk syukur terhadap keselamatan dan kesuksesan setiap yang ingin di raihnya. 

Prosesi tepung tawar terhadap para peselancar yang berasal dari 14 negera di dunia oleh Wakil Bupati Simeulue, Afridawati dan Azizah Nur perwakilan dari Disbudpar Aceh. Selain peusijuek, juga disuguhkan berbagai tarian tradisional Simeuelue, seperti tarian pemulia jamee, debus dan nanadong yang diiringi biola dan gendang. 

“Kami sangat senang berselancar di pantai-pantai di Simeulue. Ombaknya bagus dan pantainya alami. Kami senang bermain di lokasi yang alami,” kata Ketua Word Surf Surf (WSL), Steave Robenson ketika memberi sambutan pada pembukaan Aceh Internasional Surfing Championship (AISC) ke IV di Pantai Matanurung, Sabtu (1/9).

Steave juga mengaku senang karena setiap tahun ada AISC digelar di Kabupaten Simeulue. Ia berharap agar even serupa bisa terus dilaksanakan setiap tahunnya.

"Kami mengagumi lokasi surfing di wilayah pantai Kabupaten Simeulue. kami datang ke sini untuk berselancar, kami ingin cepat cepat bisa turun ke laut," sebutnya. 

Wakil Bupati Simeulue, Afridawati mengaku Pemerintah Simeulue akan terus meningkatkan angka kunjungan wisatawan manca negara. dengan melakukan gebrakan - gebrakan lain dalam yang bisa mengundang daya minat wisatwan untuk ke Simeulue.

"Kami akan terus meningkatkan kunjungan wisatwan manca negara. Ke depan selain surfing juga akan ada kunjungan kapal layar "yacht" dengan cara menyuguhkan wisata laut yang tradisional, semoga Pemerintah Aceh dan Kementrian Pariwisata akan terus mendukung dari banyak sisi," harap Afridawati. 

Sementara perwakilan Disbudpar Aceh, Azizah Nur juga menambahkan, pihaknya dari provinsi akan selalu menyupport setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh Disbudpar Simeulue untuk tujuan promosi wisata di kabuten itu. 

“Untuk tujuan promosi wisata, kita dari provinsi akan terus mendukung kegiatan wisata yang digelar di Simeulue ini, begitu juga untuk kabupaten/kota lainnya di Aceh,” ujar Azizah.[] Rilis

Kemenpar RI: Simeulue Aceh Dongkrak Kunjugan Wisatawan Indonesia

Salah seorang Aceh International Surfing Championship (AISC) - Simeulue Pro 2018  di Pantai Matanurung, Simeulue. (Doc. Istimewa)
Simeulue - Asisten Deputi Bidang Wisata Alam dan Buatan Kementerian Pariwisata RI, Drs. Alexander Reyaan MM mengatakan, Simeulue, Aceh salah satu kabupaten di Indonesia yang mampu meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara. 

Hal itu tidak terlepas dari panorama alam dan wisata bahari yang dimiliki dan juga menjadi salah satu objek wisata Surfing dari sepuluh pantai di indonesia. Dengan sokongan kunjungan wisatawan di Simeulue, kini kunjungan wisatawan mancanegar di Indonesia sudah di angka 15 juta atau 2 juta lagi sudah mencapai 17 juta bahkan lebih. 

“Pantai di Simeulue salah satu pantai di Indonesia yang mampu mengundang wisatawan manca negara,' kata Alexander pada opening Aceh International Surfing Championship (AISC) - Simeulue Pro 2018  di Pantai Matanurung, Simeulue, Sabtu (1/9).

Kata Alexander, Wisata di Simeulue harus terus dipromosikan. Lokasi wisata di Simeulue tinggal pemanfaatannya saja. Aceh International Surfing Championship - Simeulue Pro 2018 digelar secara resmi World Surf League (WSL) dan Asian Surfing Championship (ASC) menjadi sebuah bukti nyata bahwa Laut Simeulue memiliki standar internasional dalam surfing. 

“Simeulue masuk dalam 10 lokasi surfing di Indonesia yang ditetapkan pemerintah karena hampir seluruh pantainya bisa dijadikan tempat berselancar. Dengan adanya even- even seperti AISC ini alam Simeulue akan terus dikenal oleh dunia. dan mampu meningkatkan kunjungan wisatawan akan terus ramai ke Simeulue,” akunya.

Dikatakan, dalam mempromosi wisata bahari membutuhkan tiga unsur penting yakni, aksesibilitas (akses lokasi mudah dijangkau), amenitas (pelayanan) dan atraksi (daya jual). Namun diakuinya untuk atrkasi Simeulue sudah cukup bagus.
Salah seorang Aceh International Surfing Championship (AISC) - Simeulue Pro 2018  di Pantai Matanurung, Simeulue. (Doc. Istimewa)
Oleh karena itu, dirinya akan menyampaikan semua kendala-kendala untuk promosi Kabupaten Simeulue kepada pimpinannya dalam hal ini Menteri Pariwisata.

Kementerian Pariwisata, tambahnya, melihat Kabupaten Simeulue sama dengan daerah lainnya. Tidak ada membeda-bedakan dalam hal promosi wisata baharinya.
Sementara Kadisbudpar Simeulue, Abdul Karim, mengaku, selama ini setiap ada even surfing di pulau penghasil lobster tersebut baru dapat digelar di dua lokasi yaitu, Pantai Moudil atau Nancala, Kecamatan Teupah Barat dan Pantai Indah Manurung, Kecamatan Teupah Tengah. 

Begitupun, di dua lokasi tersebut jaringan internetnya juga masih belum stabil atau belum sempurna dapat diakses dengan baik.“Kondisi jaringan internet masih perlu ditingkatkan, agar promosi lokasi indah lainnya untuk surfing bisa maksimal,” Aku Abdul Karim.

Diakuinya sejak digelarnya AISC di Simeulue dari tahun 2013-2017 (AISC 1-III) kunjungan wisatawan mancanegara terus bertambah dari tahun ke tahun. Setelah AISC IV tahun 2018 ini, kunjungan wisata di Simeulue tentu akan lebih meningkat lagi.

Begitu juga dari segi peserta yang ikut dalam even AISC. Pesertanya terus bertambah, untuk AISC –WLS Simeulue Pro 2018 ini berjumlah 58 perserta dari 14 negara atau jauh lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. “Ini membuktikan surfing di Simeulue semakin dikenal,” ujarnya.[] Rilis

Translate

Artikel Terbaru

Artikel Populer